model pembelajaran berbasis
MENDESKRIPSIKAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS TIK
MAKALAH
OLEH
SITTI
KHADIJAH UMAR
NIM
: 2015210401
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
FLORES
ENDE
2016
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut Nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
Penulis panjatkan
Puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan inayahnya kepada penulis,sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah penelitian tentang ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS TIK.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak yaitu ibu
Rusmina sebagai salah satu pedagang kaki
lima sayur mayor dan koperasi kredit Rojaya, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengelaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
ENDE, SEPTEMBER 2017
SITTI KHADIJAH UMAR
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI..................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG............................................................................................... 1
1.2 RUMUSANMASALAH........................................................................................... 1
1.3 TUJUANPENELITIAN............................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 PENGETIAN E-LEARNING.................................................................................. 3
2.2 MANFAAT E-LEARNING..................................................................................... 6
2.3 PROSES PENGEMBANGAN E-LEARNING...................................................... 8
2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING......................................... 10
2.5 PENGERTIAN BLENDED LEARNING.............................................................. 12
2.6 MANFAAT BLENDED LEARNING.................................................................... 14
2.7 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BELENDED
LEARNING...................... 15
BAB
III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................... 16
3.2 SARAN.................................................................................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................... 5
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Dunia
pendidikan di era globalisasi saat ini dituntut untuk mempersiapkan peserta didik
menampilkan keunggulan dirinya yang cerdas, kreatif serta mandiri. Pendidkan
yang bermutu harus mencakup dua dimensi yakni orientasi akademis dan orientasi
keterampilan yang esensial. Orientasi akademis menitik beratkan pada peserta
didik, sedang orientasi keterampilan hidup memberi bekal kepada peserta didik
untuk dapat survive di kehidupan nyata.
Sistem pembelajaran di sekolah harus mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan potensinya secara optimal. Yang juga penting diperhatikan adalah metode yang yang digunakan dapat menstimulan potensi dan bakat peserta didik,sehingga dapat mengcover kebutuhan siswa dan tantangan perkembangan teknologi.
Situasi seperti ini mendorong berbagai lembaga memanfaatkan berbagai system pendekatan dalam strategi pembelajaran. Pendekatan yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam media dan tekhnologi untuk meningkatkan efektifitas dan fleksibilitas pembelajaran. System ini dikenal dengan istilah E-learning dan Blended Learning. Melalui E-learning dan Blended learning system pembelajaran menjadi luwes dan tidak kaku.
Sistem pembelajaran di sekolah harus mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan potensinya secara optimal. Yang juga penting diperhatikan adalah metode yang yang digunakan dapat menstimulan potensi dan bakat peserta didik,sehingga dapat mengcover kebutuhan siswa dan tantangan perkembangan teknologi.
Situasi seperti ini mendorong berbagai lembaga memanfaatkan berbagai system pendekatan dalam strategi pembelajaran. Pendekatan yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam media dan tekhnologi untuk meningkatkan efektifitas dan fleksibilitas pembelajaran. System ini dikenal dengan istilah E-learning dan Blended Learning. Melalui E-learning dan Blended learning system pembelajaran menjadi luwes dan tidak kaku.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu E-learning
2.
Manfaat E-learning
3.
Proses pengembangan E-learning
4.
Kelebihan dan kekurangan E-learning
5.
Pengertian Blended learning
6.
Manfaat Blended learning
7.
Kelebihan dan kekurangan Blended learning
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.
Mendeskripsikan pengertian E-learning dan blended
learning
2.
Menjelaskan latar belakang munculunya pembelajaran
dengan pendekatan E-learning dan Blended Learning
3.
Mendeskripsikan pelaksanaan E-learning dan
Blended-Learning dalam dunia pendidikan
4.
Menjelaskan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan
E-learning dan Blended Learning
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN E-LEARNING
Koran dalam Rusman (2013:316) menyatakan bahwa e-Learning
adalah pembelajaran yang menggunakan peratalatan elektronik jaringan (LAN, WAN,
atau internet) untuk menyampaikan materi pembelajaran, interaksi, maupun
bimbingan. Sedangkan LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms
[Glossary, 2001] mengungkapkan bahwa . eLearning adalah sistem pendidikan yang
menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media
Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa e-Learning merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang
memanfaatkan perangkat elektronik sebagai media pendukung prosesnya.
E-learning
dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di
media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning
secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata
pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang
telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar
sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi
dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak
jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya
perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa
e-learning untuk umum. E-learning bisa juga dilakukan secara informal
dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing
list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang
ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan
tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
E-learning
bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana,
misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi,
organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program,
pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya
tanpa memungut biaya).
Pembelajaran
dengan e-Learning dapat disampaikan secara synchrounous yaitu dimana pembelajaran
dilakukan pada saat itu juga, atau asynchronous, yakni pembelajaran dilakukan
pada saat yang berbeda. Contoh e-Learning secara synchronous adalah
pembelajaran melalui webcam antara guru dan siswa secara live pada saat itu
juga. Sedangkan contoh penyampaian secara asynchronous adalah guru membuat
materi atau video pembelajaran terlebih dahulu, kemudian materi atau video
tersebut diunggah sebelum pembelajaran akan dilangsungkan.
Materi
pembelajaran yang disajika dalam e-Learning berupa teks, grafik, animasi,
simulasi, audio, dan video. E-Learning juga harus memiliki fitur untuk diskusi
misalnya chatting.
2.1 MANFAAT E-LEARNING
Manfaat
dari penggunaan e-learning dalam dunia pendidikan saat ini adalah E-learning
memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses
pelajaran. mahasiswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju empat pelajaran
disampaikan, e-learning bisa dilakukan dari mana saja baik yang memiliki akses
ke Internet ataupun tidak.E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar
secara mandiri memegang kendali atas keberhasilan belajar. Pembelajar bebas
menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam
satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Seandainya, setelah diulang
masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur,
nara sumber melalui email, chat atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu
tertentu. Bisa juga membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS
(Learning Management System). Manfaat blended learning sendiri menambahkan
kemudahan lebih dari sekedar e-learning karena dengan metode campuran maka
memudahkan mahasiswa.
2.3 PROSES PENGEMBANGAN E-LEARNING
model
pengembangan e-learning yakni model pengembangan e-learning dengan pendekatan knowledge
Management (KM) dan model pendekatan e-learning dengan pendekatan Moodle.
1. Model
Pengembangan E-Learning Dengan Pendekatan Knowledge Management
Knowledge
Management (KM) dapat didefiniskan sebagai satu set
(himpunan) intervesi orang, proses dan tool (teknologi) untuk mendukung
proses pembuatan, pembau-ran, penyebaran dan penerapan pengetahuan. Pembuatan
pengetahuan adalah proses perbaikan atau penambahan potongan-potongan
pengetahuan tertentu selama proses pembelajaran terjadi melalui pengalaman.
Pembauran pengetahuan merupakan proses pengumpulan, penyimpanan dan penyortiran
dari pengetahuan yang dikembangkan dengan pengetahuan yang dimiliki. Penyebaran
pengetahuan adalah proses pengambilan dan pendistribusian pengetahuan untuk
dipergunakan dalam proses pembelajaran yang lain. Penerapan pengetahuan
merupakan proses pemanfaatan pengetahuan yang ada untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Pengetahuan dikembangkan dalam proses pengalaman,
seperti problem-solving, projek atau tugas.
2.
Model Pengembangan E-Learning Dengan Pendekatan Moodle.
Moodle adalah
sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah media
pembelajaran ke dalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk
ke dalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan
menggunakan moodle, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal
elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah singkatan dari Modular
Object Oriented Dynamic Learning Environment.
Berbagai bentuk materi pembelajaran dapat dimasukkan
dalam aplikasi moodle ini. Berbagai sumber dapat ditempelkan sebagai
materi pembelajaran. Naskah tulisan yang ditulis dari aplikasi pengolah kata
Microsoft Word, materi presentasi yang berasal dari Microsoft Power Point, Animasi
Flash dan bahkan materi dalam format audio dan video dapat ditempelkan sebagai
materi pembelajaran. resource
Berikut ini beberapa aktivitas pembelajaran yang
didukung oleh Moodle adalah sebagai berikut (1) Assignment. Fasilitas
ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada peserta pembelajaran secara
online. Peserta pembelajaran dapat mengakses materi tugas dan mengumpulkan
hasil tugas mereka dengan mengirimkan file hasil pekerjaan mereka, (2) Chat.
Fasilitas ini digunakan untuk melakukan proses chatting (percakapan
online). Antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat melakukan dialog teks
secara online, (3) Forum. Sebuah forum diskusi secara online dapat
diciptakan dalam membahas suatu materi pembelajaran. Antara pengajar dan
peserta pembelajaran dapat membahas topik-topik belajar dalam suatu forum
diskusi, (4) Kuis. Dengan fasilitas ini memungkinkan untuk dilakukan
ujian ataupun test secara online, (5) Survey. Fasilitas ini digunakan
untuk melakukan jajak pendapat.
Strategi
pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai
tujuan yang diinginkan. Jika disepakati bahwa e-learning di dalamnya
juga termasuk pembelajaran berbasis internet. Ada tiga kemungkinan dalam
strategi pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web
course, web centric course, dan web enhanced course (Haughey, 1998).
1.
Web Course
Web
course adalah penggunaan internet untuk keperluan
pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak
diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi,
penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya
disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem
jarak jauh.
2.
Web Centric Course
Adalah
penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka
(konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi
melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa
memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web
yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain
dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar
lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui
internet tersebut.
Menurut
Munir (2009: 199-200), dalam beberapa kenyataan di lapangan pendidikan, jarang
sekali ditemui pembelajaran jarak jauh yang seluruh proses pembelajarannya
dilaksanakan dengan e-learning atau online learning. Untuk
mengatasi masalah tersebut, maka diberlakukan blended distance learning (campuran
antara online course dan tatap muka). Model pembelajaran jarak jauh
dengan pendekatan blended learning ini perlu dikembangkan dengan
tujuan untuk memperluas kesempatan belajar, diantaranya model pembelajaran
jarak jauh. Model ini merupakan gabungan pelaksanaan pendidikan konvensional
dan IT-Based education.
3.
Web Enhanced Course
model
web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk
menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi
internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik
dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik
dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut
untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa
mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran,
menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan
komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Dalam
penjelasan selanjutnya tentang strategi pelaksanaan model pembelajaran
e-learning, Sihabudin menguraikaan bahwa terdapat empat (4) model yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan e-learning di sekolah yakni selective model,
seqquential model, static station model dan laboratory model. Selective
model dapat dilakukan bila jumlah komputer terbatas, sedangkan sequential model
dilakukan juga bila jumlah komputer terbatas dan siswa dalam kelompok kecil
bergerak dari satu set sumber informasi ke sumber yang lain. Bahan e-learning
digunakan sebagai bahan rujukan atau bahan informasi baru. Jika terdapat
beberapa komputer, siswa diberi peluang untuk mendapatkan pengalaman hands-on.
Pada static station model, jika jumlah komputer sedikit, guru mempunyai
beberapa sumber berbeda untuk mencapai objektif pembelajaran yang sama. Bahan e-learning
digunakan oleh beberapa kelompok siswa manakala siswa lain menggunakan
sumber yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Sedangkan pada
laboratory model dilakukan jika jumlah komputer mencukupi untuk semua siswa,
maka bahan e-learning dapat digunakan oleh semua siswa sebagai bahan
pembelajaran mandiri. Model ini boleh digunakan jika sekolah mempunyai
perangkat komputer yang dilengkapi dengan jaringan internet.
2.4
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING
Beberapa kelebihan dan
kekurangan dari E-learning dan Blended Learning
A.
KELEBIHAN E-LEARNING
Kelebihan
E-learning ialah memberikan fleksibilitas, interaktivitas, kecepatan,
visualisasi melalui berbagai kelebihan dari masing-masing media (Sujana, 2005 :
253 ). Menurut L. Tjokro (2009:187), E-learning memiliki banyak kelebihan yaitu
:
- Lebih mudah diserap, artinya menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, teks, animasi, suara, video.
- Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak perlu instruktur, tidak perlu minimum audiensi, bisa dimana saja, bisa kapan saja, murah untuk diperbanyak.
- Jauh lebih ringkas, artinya tidak banyak formalitas kelas, langsung pada pokok bahasan, mata pelajaran sesuai kebutuhan.
- Tersedia 24 jam/hari – 7 hari/minggu, artinya penguaasaan materi tergantung pada semangat dan daya serap siswa, bisa dimonitor, bisa diuji dengan e-test.
B.
KEKURANGAN E-LEARNING
Kekurangan E-learning menurut L. Gavrilova (2006:354) adalah
pembelajaran dengan model E-learning membutuhkan peralatan tambahan yang lebih
(seperti komputer, monitor, keyboard, dsb). Kekurangan E-learning yang
diuraikan oleh Nursalam (2008:140) sebagai berikut :
- Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri.
- Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya membuat tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
- Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
- Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT (information, communication, dan technology).
- Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
- Kurangnya sumber daya manusia yang menguasai internet.
- Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
- Akses pada komputer yang memadai dapat menjadi masalah tersendiri bagi peserta didik.
- Peserta didik bisa frustasi jika mereka tidak bisa mengakses grafik, gambar, dan video karena peralatan yang tidak memadai.
- Tersedianya infrastruktur yang bisa dipenuhi.
- Informasi dapat bervariasi dalam kualitas dan akurasi sehingga penduan dan fitur pertanyaan diperlukan.
- Peserta didik dapat merasa terisolasi.
1.5
PENGERTIAN BLENDED LEARNING
Blended
learning istilah yang berasal dari bahasa inggris, yang terdiri dari dua suku
kata, blended dan learning. Blended merupakan campuran, kombinasi yang baik.
Sedangkan learning merupakan pembelajaran. Sedangkan menurut Harding, Kaczynski
dan Wood yang dikutip dalam Charman, blended learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran
jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan
komunikasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa. Pelaksanaan pendekatan ini
memungkinkan penggunaan sumber belajar online, terutama yang berbasis web,
dengan tanpa meninggalkan kegiatan tatap muka.
Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh. Jadi blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional, dimana antara pebelajar dan pemelajar saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pegajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta belajar mandiri secara online. Penerapan blended learning tidak terjadi begitu saja. Tapi,terlebih dulu harus ada pertimbangan karakteristik tujuan pembelajaran yang ingin kita capai, aktifitas pembelajaran yang relevan serta memilih dan menentukan aktifitas mana yang relevan dengan konvensional dan aktivitas mana yang relevan untuk online learning.
Blended learning adalah metode pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis. Perpaduan antara training konvensional di mana trainer dan trainee bertemu langsung dengan training online yang bisa diakses kapan saja, di mana saja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Adapun bentuk lain dari blended learning adalah pertemuan virtual antara trainer dengan trainee. Mereka mungkin saja berada di dua dunia berbeda, namun bisa saling memberi feedback, bertanya, atau menjawab. Semuanya dilakukan secara real time. Sebagian menyebutnya dengan long distance instructed learning, yang lain menyebutnya virtual instructor led training, training yang dipandu oleh instruktur betulan secara virtual karena antara peserta dan instruktur berada di tempat yang berbeda. Apapun namanya, model pembelajaran ini memanfaatkan teknologi IT lewat media video conference, phone conference, atau chatting online.
Blended learning menjadi model yang menarik di pendidikan tinggi sebagai inovatif baru teknologi informasi menjadi semakin tersedia. Namun, hanya pencampuran belajar tatap muka dengan teknologi informasi tidak dapat memberikan pengajaran yang efektif dan efisien sebagai solusi untuk belajar. Untuk menjadi sukses, blended learning harus bergantung pada teori belajar yang solid dan pedagogis strategi. Selain itu, ada kebutuhan untuk pendekatan penelitian desain berbasis untuk mengeksplorasi pembelajaran campuran melalui siklusberturut-turut eksperimentasi, di mana kekurangan masing-masing siklus diidentifikasi, didesain ulang, dan dievaluasi ulang.
Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh. Jadi blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional, dimana antara pebelajar dan pemelajar saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pegajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta belajar mandiri secara online. Penerapan blended learning tidak terjadi begitu saja. Tapi,terlebih dulu harus ada pertimbangan karakteristik tujuan pembelajaran yang ingin kita capai, aktifitas pembelajaran yang relevan serta memilih dan menentukan aktifitas mana yang relevan dengan konvensional dan aktivitas mana yang relevan untuk online learning.
Blended learning adalah metode pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis. Perpaduan antara training konvensional di mana trainer dan trainee bertemu langsung dengan training online yang bisa diakses kapan saja, di mana saja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Adapun bentuk lain dari blended learning adalah pertemuan virtual antara trainer dengan trainee. Mereka mungkin saja berada di dua dunia berbeda, namun bisa saling memberi feedback, bertanya, atau menjawab. Semuanya dilakukan secara real time. Sebagian menyebutnya dengan long distance instructed learning, yang lain menyebutnya virtual instructor led training, training yang dipandu oleh instruktur betulan secara virtual karena antara peserta dan instruktur berada di tempat yang berbeda. Apapun namanya, model pembelajaran ini memanfaatkan teknologi IT lewat media video conference, phone conference, atau chatting online.
Blended learning menjadi model yang menarik di pendidikan tinggi sebagai inovatif baru teknologi informasi menjadi semakin tersedia. Namun, hanya pencampuran belajar tatap muka dengan teknologi informasi tidak dapat memberikan pengajaran yang efektif dan efisien sebagai solusi untuk belajar. Untuk menjadi sukses, blended learning harus bergantung pada teori belajar yang solid dan pedagogis strategi. Selain itu, ada kebutuhan untuk pendekatan penelitian desain berbasis untuk mengeksplorasi pembelajaran campuran melalui siklusberturut-turut eksperimentasi, di mana kekurangan masing-masing siklus diidentifikasi, didesain ulang, dan dievaluasi ulang.
1.6
MANFAAT BLENDED LEARNING
memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan
tempat untuk mengakses pelajaran. mahasiswa tidak perlu mengadakan perjalanan
menuju empat pelajaran disampaikan, blended learning bisa dilakukan dari mana
saja baik yang memiliki akses ke Internet ataupun tidak. Blended learning
memberikan kesempatan bagi pembelajar secara mandiri memegang kendali atas
keberhasilan belajar. Pembelajar bebas menentukan kapan akan mulai, kapan akan
menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya
terlebih dulu. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami,
pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email, chat atau
ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu.
1.7
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BLENDED E-LEARNING
A. Kelebihan Blended – Learning
1. Penggunaan berbagai tekhnologi dalam pembelajaran memberikan manfaat bagi guru,peserta didik, maupun masyarakat (Clyde&Dlohery,2005:xii)
2. Bagi guru penggunaan tekhnologi akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajarannya.
3. Bagi peserta didik penggunaan berbagai teknologi akan memberikan kesempatan belajar yang lebih berkualitas.
4. Mendorong untuk melibatkan peserta didik untuk lebih aktif(student centered ) dalam proses pembelajaran
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi diantaranya dengan memanfaatkan tekhnologi online.
6. Selain dapat meningkatkan dinamika proses pembelajaran, pemanfatan teknologi informasi dapat melatih siswa untuk belajar bagaimana belajar (learn how to learn)
7. Implementasi tekhnologi akhirnya dapat menginspirasi peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat (life long learning), sosok pribadi yang mampu berkembang di tengah perkembangan informasi yang pesat.
8. Blended learning dapat melakukan diversfikasi pembelajaran dan memenuhi karakteristik belajar siswa yang berbeda beda.
9. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan perhatian dan motivasi perserta didik
10. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menggambarkan sesuatu yang tidak tergambarkan, gerakan – gerakan yang kompleks yang sulit dijelaskan akan dengan mudah ditampilkan untuk memudahkan pemahaman peserta didik tentang suatu materi pembelajaran.
11. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan gambar – gambar dengan lebih mudah dan lebih dinamis
12. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan sesuatu yang abstrak menjadi lebih mudah dipahami.
13. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan sesuatu yang terlalu kecil,terlalu cepat, terlalu berbahaya jika diamati secara langsung.
Namun, model blended learning bukanlah tanpa hambatan dan kritik. Banyak pendidik mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk secara efektif mengajar di lingkungan blended learning. Hal ini menambah energi dan waktu yang intensif. Tambahan pra-perencanaan dan program diperlukan untuk menjaga aliran konsisten instruksi selama pembelajaran. Handout, kontrak kuliah, tugas, dll. semua perlu harus terstruktur di muka. Sebagai hasilnya, beberapa pendidik mungkin kurang waktu atau keahlian (didaktik atau sebaliknya) dalam menggunakan platform model blended learning sebagai alat bantu mengajar dan belajar.
1. Penggunaan berbagai tekhnologi dalam pembelajaran memberikan manfaat bagi guru,peserta didik, maupun masyarakat (Clyde&Dlohery,2005:xii)
2. Bagi guru penggunaan tekhnologi akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajarannya.
3. Bagi peserta didik penggunaan berbagai teknologi akan memberikan kesempatan belajar yang lebih berkualitas.
4. Mendorong untuk melibatkan peserta didik untuk lebih aktif(student centered ) dalam proses pembelajaran
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi diantaranya dengan memanfaatkan tekhnologi online.
6. Selain dapat meningkatkan dinamika proses pembelajaran, pemanfatan teknologi informasi dapat melatih siswa untuk belajar bagaimana belajar (learn how to learn)
7. Implementasi tekhnologi akhirnya dapat menginspirasi peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat (life long learning), sosok pribadi yang mampu berkembang di tengah perkembangan informasi yang pesat.
8. Blended learning dapat melakukan diversfikasi pembelajaran dan memenuhi karakteristik belajar siswa yang berbeda beda.
9. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan perhatian dan motivasi perserta didik
10. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menggambarkan sesuatu yang tidak tergambarkan, gerakan – gerakan yang kompleks yang sulit dijelaskan akan dengan mudah ditampilkan untuk memudahkan pemahaman peserta didik tentang suatu materi pembelajaran.
11. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan gambar – gambar dengan lebih mudah dan lebih dinamis
12. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan sesuatu yang abstrak menjadi lebih mudah dipahami.
13. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan sesuatu yang terlalu kecil,terlalu cepat, terlalu berbahaya jika diamati secara langsung.
Namun, model blended learning bukanlah tanpa hambatan dan kritik. Banyak pendidik mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk secara efektif mengajar di lingkungan blended learning. Hal ini menambah energi dan waktu yang intensif. Tambahan pra-perencanaan dan program diperlukan untuk menjaga aliran konsisten instruksi selama pembelajaran. Handout, kontrak kuliah, tugas, dll. semua perlu harus terstruktur di muka. Sebagai hasilnya, beberapa pendidik mungkin kurang waktu atau keahlian (didaktik atau sebaliknya) dalam menggunakan platform model blended learning sebagai alat bantu mengajar dan belajar.
B. Kekurangan Blended-Learning
1. Media yang dibutuhkan sangat beragam , sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
2. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti computer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan tekhnologi
4. Kurangnya keterampilan pendidik dalam lingkungan pembelajaran blended learning
5. Salah satu kelemahan dengan pembelajaran berbasis tekhnologi adalah kurangnya interaksi antar individu, peserta didik kehilangan banyak kesempatan untuk membicarakan ide – ide mereka dengan orang lain. Filosofi pembelajaran mandiri dengan menyediakan pilihan tentang bagaimana dan dimana mereka belajar, yang memiliki keuntungan yang berbeda untuk kedua individu dan sekolah.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
E-
learning dan Blended learning merupakan model pembelajaran campuran antara
teknologi online dengan pembelajaran tatap muka dengan biaya yang rendah,
tetapi cara efektif untuk mengirimkan pengetahuan dalam dunia global.
Program model E-learning dan blended learning mencakup beberapa bentuk alat pembelajaran, seperti real-time kolaborasi perangkat lunak, program berbasis web online, dan elektronik yang mendukung sistem kinerja dalam tugas lingkungan belajar, dan pengetahuan manajemen sistem. Model Blended learning berisi berbagai aktivitas kegiatan, termasuk belajar tatap muka, e-learning, dan kegiatan belajar mandiri.Blended learning sebagai model campuran pembelajaran yang dipimpin instruktur tradisional, pembelajaran online secara synchronous , belajar mandiri dengan asynchronous, dan pelatihan terstruktur berbasis tugas dari seorang dosen atau mentor. Tujuan blended learning adalah untuk menggabungkan pengalaman belajar kelas tatap muka dengan pengalaman belajar secara online.
Dari perspektif guru, pendekatan blended e-learning memerlukan keterampilan baru agar pembelajar dapat menyerap sebanyak-banyaknya dari pelajaran yang diberikan. Suatu lingkungan blended e-learning yang dapat berhasil terdiri dari satu pertemuan awal yang sepenuhnya tatap muka (face to face), penugasan online mingguan disertai dengan komunikasi (konsultasi) online, e-mail, dan ditutup dengan satu ujian akhir yang berupa tatap muka atau ujian tulis di kelas dengan dibantu pengawas. Dengan demikian, pembelajar akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri, meningkatkan kompetensi sosialnya, meningkatkan kepercayaan diri siswa, meningkatkan keterampilan menggali informasi dan meraih prestasi. Selain itu, guru juga akan lebih menghargai berbagai perbedaan dalam gaya dan kecepatan belajar yang dimiliki masing-masing siswa serta mendorong komunikasi, baik antarsiswa sendiri maupun antara siswa dan guru.
Program model E-learning dan blended learning mencakup beberapa bentuk alat pembelajaran, seperti real-time kolaborasi perangkat lunak, program berbasis web online, dan elektronik yang mendukung sistem kinerja dalam tugas lingkungan belajar, dan pengetahuan manajemen sistem. Model Blended learning berisi berbagai aktivitas kegiatan, termasuk belajar tatap muka, e-learning, dan kegiatan belajar mandiri.Blended learning sebagai model campuran pembelajaran yang dipimpin instruktur tradisional, pembelajaran online secara synchronous , belajar mandiri dengan asynchronous, dan pelatihan terstruktur berbasis tugas dari seorang dosen atau mentor. Tujuan blended learning adalah untuk menggabungkan pengalaman belajar kelas tatap muka dengan pengalaman belajar secara online.
Dari perspektif guru, pendekatan blended e-learning memerlukan keterampilan baru agar pembelajar dapat menyerap sebanyak-banyaknya dari pelajaran yang diberikan. Suatu lingkungan blended e-learning yang dapat berhasil terdiri dari satu pertemuan awal yang sepenuhnya tatap muka (face to face), penugasan online mingguan disertai dengan komunikasi (konsultasi) online, e-mail, dan ditutup dengan satu ujian akhir yang berupa tatap muka atau ujian tulis di kelas dengan dibantu pengawas. Dengan demikian, pembelajar akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri, meningkatkan kompetensi sosialnya, meningkatkan kepercayaan diri siswa, meningkatkan keterampilan menggali informasi dan meraih prestasi. Selain itu, guru juga akan lebih menghargai berbagai perbedaan dalam gaya dan kecepatan belajar yang dimiliki masing-masing siswa serta mendorong komunikasi, baik antarsiswa sendiri maupun antara siswa dan guru.
3.2.
SARAN
Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu saya dari penyusun berharap agar
pembaca dapat memanfaatkan makalah ini dengan baik.
Segala kritikan maupun
saran dari pembacaakan kami terima dengan lapang dada untuk menambah wawasan
serta perbaikan penyusunan yang lebih baik lagi.
Untuk kebaikan bersama
kami selaku penyusun mengingatkan agar pembaca dapat memahami isi dari makalah
ini agar dapat dipahami dan diamalkan kapan dan dimanapun serta dapat
bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Barton, R. (2004).
Why use computer in practical science? Dalam Barton, R. (eds.), Teaching
secondary science with ICT (pp. 29). New York: Open University Press.
Boohan, R. (2002). ICT and Communication. Dalam Amos, S., & Boohan, R. (eds.), Aspects of teaching secondary science (pp. 211). New York: The Open University.
Clyde, W., & Delohery, A. (2005).Using Technology in Teaching. London: Yale University Press.
Hofe, R. V. (2001). Investigation into student‘ learning of application in computer-based learning environtment [versi electronik]. Teaching Mathematics and Its Applications, 20(3), 109-119
Kusni, M. (2010).Implementasi Sistem Pembelajaran Blended Learning pada Matakuliah AE3121 Getaran Mekanik di Program Aeronotika dan Astonotika, Seminar Tahunan Teknik Mesin.
Boohan, R. (2002). ICT and Communication. Dalam Amos, S., & Boohan, R. (eds.), Aspects of teaching secondary science (pp. 211). New York: The Open University.
Clyde, W., & Delohery, A. (2005).Using Technology in Teaching. London: Yale University Press.
Hofe, R. V. (2001). Investigation into student‘ learning of application in computer-based learning environtment [versi electronik]. Teaching Mathematics and Its Applications, 20(3), 109-119
Kusni, M. (2010).Implementasi Sistem Pembelajaran Blended Learning pada Matakuliah AE3121 Getaran Mekanik di Program Aeronotika dan Astonotika, Seminar Tahunan Teknik Mesin.
Musker, R. (2004).
Using ICT in a secondary science department. Dalam Barton, R. (eds.), Teaching
secondary science with ICT (pp. 19). New York: Ope University Press.
Welington, J. (2004). Multimeda in science teaching. Dalam Barton, R. (eds.), Teaching secondary science with ICT (pp. 96). New York: Open University Press.
Priyatni, Endah Tri., dan Wahono, Asnawi Susilo. (2010). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Membaca SD Berbasis Pendidikan Multikultural dan E-Learning. Jurnal Penelitian Kependidikan. 20. (2). 156-166.
Ulfa, Maria. (2012). Interactive E-learning untuk Belajar Mandiri Anak. Jurnal Sarjana Institut Teknologi Bandung Bidang Teknik Elektro dan Informatika. 1. (1). 211-217.
Welington, J. (2004). Multimeda in science teaching. Dalam Barton, R. (eds.), Teaching secondary science with ICT (pp. 96). New York: Open University Press.
Priyatni, Endah Tri., dan Wahono, Asnawi Susilo. (2010). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Membaca SD Berbasis Pendidikan Multikultural dan E-Learning. Jurnal Penelitian Kependidikan. 20. (2). 156-166.
Ulfa, Maria. (2012). Interactive E-learning untuk Belajar Mandiri Anak. Jurnal Sarjana Institut Teknologi Bandung Bidang Teknik Elektro dan Informatika. 1. (1). 211-217.
Darin E. Hartley,
Selling e-Learning, American Society for Training and Development, 2001
Dublin, L. and Cross, J. , Mei 2003, Implementing eLearning: Getting the Most from Your Elearning Investment, the ASTD International Conference.
Michelle Delio, Report: Online Training Boring, Wired News, diaskes pada http://www.wired.com/news/business/0,1367,38504,00.html
Hadjerrouit, 2008, Towards a Blended Learning Model for Teaching and Learning Computer Programming: A Case,Study,( Informatics in Education: Institute of Mathematics and Informatics, Vilnius, Vol. 7, No. 2, 181–210), Journal
Jared A. Carman, 2005, Blended Learning Design: Five Key Ingredients,, diakses pada http://www.agilantlearning.com/pdf/Blended Learning Design.pdf
Noer, Muhammad, 2010, Blended Learning Mengubah Cara Kita Belajar Di Masa Depan, diakses pada http://www.muhammadnoer.com/2010/07/blended-learning- mengubah-cara-kita-belajar-di-masa-depan/
Dublin, L. and Cross, J. , Mei 2003, Implementing eLearning: Getting the Most from Your Elearning Investment, the ASTD International Conference.
Michelle Delio, Report: Online Training Boring, Wired News, diaskes pada http://www.wired.com/news/business/0,1367,38504,00.html
Hadjerrouit, 2008, Towards a Blended Learning Model for Teaching and Learning Computer Programming: A Case,Study,( Informatics in Education: Institute of Mathematics and Informatics, Vilnius, Vol. 7, No. 2, 181–210), Journal
Jared A. Carman, 2005, Blended Learning Design: Five Key Ingredients,, diakses pada http://www.agilantlearning.com/pdf/Blended Learning Design.pdf
Noer, Muhammad, 2010, Blended Learning Mengubah Cara Kita Belajar Di Masa Depan, diakses pada http://www.muhammadnoer.com/2010/07/blended-learning- mengubah-cara-kita-belajar-di-masa-depan/
Komentar
Posting Komentar